Search This Blog

Sunday, March 24, 2019

Mutiara Hikmah

Istirahatkan dirimu dari ketentuan Allah atau dari apa saja yang telah diurus oleh Allah . Maka janganlah mencoba/ memaksakan dirimu untuk mencampurinya. Bukan hanya atas takdir Tuhan, tapi juga apa saja yang sudah dilakukan ahlinya, karena engkau hanya akan mengalami sakit hati. Manusia memang selalu berhasrat ingin selalu dituruti kemauannya,namun jika selalu dituruti, malah akan merusak. Sifat sempurna itu hanya milik Allah Swt, hanya saja terkadang Allah Swt membagikan sifat kamal (sempurna) itu kepada manusia yang dikehendaki, jadilah hal tersebut sebagai Karamah. Yang dipilih Tuhan untuk menerima karamah itu hanya manusia, dan manusia juga merupakan mahluk yang paling berani mengoreksi kebijakan Allah Swt, hal itu dilakukan bukan karena kepandaiannya, tapi karena kebodohannya.

Boleh dikatakan manusia itu mahluk yang paling suka ikut-ikutan atas apa yang sudah diputuskan Allah, keputusanNya selalu dikoreksi, jika hal tersebut sesuai keinginannya, maka ia akan bersyukur, namun jika tak sesuai,ia akan mengeluh dan protes. Seperti halnya hujan, yang mampu menciptakan dan dan mendatangkan hujan hanya Tuhan, namun akan ada saja istilah "Hujan kok pas hajatan, hujan kok pas lagi kerja dsb". Hal tersebut karena manusia terlalu lamban  menyadari nikmat Tuhan, setelah ia terpojok dan mentok, barulah ia sadar dan berkata "Memang semua ini sudah ditakdirkan", masalahnya kenapa tidak dari awal berfikir kalau hujan itu sudah ditakdirkan Allah Swt? Hal tersebut menunjukkan betapa lambannya pemhaman  manusia, perhatian Allah kepada manusia, lebih dulu Dia lakukan,daripada manusia itu sendiri.

Nikmat Tuhan sudah begitu lama kite terima, rasakan dan laksanakan, namun ketika Allah Swt mengolah manusia untuk menerima keagungan yang disebut Fadhailul Kamalan, cenderung menimbulkan kesimpulan terbalik, Allah memberikan keagungan dan kesempurnaan, tapi manusia  merasa terhalang dan kehilangan. Seperti saat menunaikan shalat, seakan harus rela meninggalkan moment/ sesuatu yang disukai bahkan berasumsi sendiri bahwa menjalankan amal syariat tak akan terjadi jika tak menghilangkan sesuatu yang kita suka, manusia cenderung berfikir negatif dalam menjalankan syariat, dan hal itu sudah kebiasaan,maksudnya mudah mengasumsikan seperti itu. Hal tersebut berlawanan dengan kenyataan.

Hanya manusia yang diberikan oleh Tuhan berupa sifat KETUHANAN, apa itu? salah satunya sifat ilmu, manusia diharapkan Tuhan untuk mampu menerima sifat kesempurnaan. Karena sifat kesempurnaan itu hanya pantas untuk Tuhan,maka ketika manusia menerimanya, kesempurnaan Tuhan menjadi sesuatu yang  tak sempurna. Misalnya jika ada orang cerdas tapi dia sendirian, maka kecerdasannya tak akan berarti, kesempurnaan pada manusia jadi hal yang sia sia. Sifat Sempurnanya Tuhan memang seperti itu, jika dianugerahkan kepada manusia, manusia takkan mampu menyadarinya, ya memang hanya Tuhan yang Maha Sempurna.






Manusia diciptakan bukan lantas dibiarkan saja, tapi masih ditambah sebuah proses yaitu syari'at. Syariat diprogramkan dalam rangka "Fi sholahil 'Ibadi" atau kesolehan hambaNya. siapa itu hamba? Hamba dikhusukan untuk manusia, selain manusia hanya pelengkap, malaikat unrtuk melayani ,manusia, iblis untuk menjadi pesaing manusia, apalagi hewan dan tumbuhan, hanya untuk kebutuhan manusia. Seluruh yang Tuhan ciptakan di bumi hanya untuk manusia, yang dimanjakan Tuhan seperti itu lagi-lagi hanya manusia, meski begitu tetap saja manusia sering komplain, padahal awalnya bodoh dicerdaskan, miskin di jadikan kaya, dsb. Tetap saja masih bilang "Hidup kok susah", maka Allah Swt memakai istilah Dholimul li nafsi, menganiaya diri sendiri, layaknya anak kecil yang maunya ikut kegiatan apa saja,namun jika dibiarkan tanpa diatur, dia akan merusak dan melukai diri sendiri.

Sebenarnya Tuhan selalu menutupi kesalahan manusia dengan label positif, dan manusia selalu menganggap baik pembenaran diri terhadap kenegatifan yang biasa dilakukannya. Yang sebenarnya Allah Swt sudah memberitahukan akan adanya celah celah kegagalan. Istilah gagal amal, gagal berbuat baik, sebenarnya istilah itu tidak ada, yang ada hanyalah orang yang mau memasuki kegagalan itu sendiri. Jika alasan eksternal  seperti sulit,lupa,sibuk dsb. Hanyalah sangkalan pribadi saja. Misal, sholat itu berat? bandingkan dengan kerjaanmu yang berkeringat? yang menjadikan sesuatu itu berat biasanya manusia suka mentargetkan dan menginginkan sendiri keberatan itu, misal berkata "Pokoknya usia 27 harus sudah menikah, Usia ini harus punya rumah dsb". Padahal hal itu sudah ditakdirkan Allah Swt, yang kita perlukan tinggal berupaya dan berdoa.

Tak ada satu nafas pun dalam hidup,kecuali dalam nafas itu, Allah telah menciptakan nikmat Agung. Rasa bahwa kita dimanjakan oleh Tuhan, cobalah kita aktifkan dalam diri dan berlatihlah memahaminya. Apapun yang dimunculkan oleh Tuhan dalam setiap hal yang kita alami, itu merupakan nikmat Tuhan yang hendaknya segera kita sadari. Nabi Muhammad Saw diutus juga sebagai Rahmat. Jadi suguhan syariat yang selama ini sudah diberitahukan kebaikannya, maka segeralah diserap dan dirasakan nikmatnya, sehingga kita tak hanya bisa mengumpulkan informasinya, tapi sekaligus merasakan nikmatnya juga, amal itu nikmat, amal itu menggembirakan, amal itu bukan sesuatu yang tertunda kesenangannya, tapi amal itu bisa segera dirasakan kesenangannya.

Wallahu a'lam

0 comments:

Template by:
Free Blog Templates