Salah seorang sosok yang terkenal wali agung ini, pasti sudah tak asing lagi bagi pembaca sejarah di Indonesia, kepopuleran nama beliau sejajar dengan nama besar lain seperti Al Ghazali atau Al Jailani. Sudah banyak sekali tulisan maupun buku yang memperbincangkan nama As Syadzili. Apalagi beliau merupakan guru dari Syekh Abul Abbas al Mursi yang notabene guru dari pengarang kitab tasawuf yang sangat terkenal, yaitu Syekh Ibnu Atthaillah dengan Al Hikam nya.
Nama as-Syadzili adalah nama popular beliau, yang dinisbahkan pada nama kampong halamannya,Syadziliah ditunisia. Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabar as-Syadzili. Beliau mempunyai jalur keturunan yang masih menyambung ke Rasulullah Saw melalui jalur Sayidah Fatimah Ra dengan Sayidina Ali bin Abi thalib Ra. Beliau juga merupakan pendiri tarekat Syadziliyah, merupakan sebuah tarekat yang sudah tak asing bagi Ahlu Sunah wal Jamaah.
![]() |
Beliau lahir pada Tahun 593 Hijriah atau 1197 Masehi di kota Ghamarah,Maroko. Pada masa Kecil, as Syadzili memperoleh didikan dari orangtuanya. Beliau juga berguru pada Ulama di daerahnya, yaitu Muhammad Abu Abdullah bin Harazin, selain itu beliau juga berguru pada Abul Fath al Washity. Atas nasehat guru yang terakhir inilah, as Syadzili pergi ke kota Fez untuk bertemu dengan Abdul Salam bin Mashish, yang dikenal sebagai Ulama sufi terkemuka masa itu, konon kepopuleran beliau di Maroko seimbang dengan Imam Syafi’I dari Mesir. Selain itu,beliau juga dikenal dengan cara hidup yang asketis, berkhalwat di Rif di atas gunung Jabal Alam.
Setelah belajar bersama al Mashish, as-Syadzili diminta untuk pindah ke Tunisia, daerah Syadziliah. Memanglah kecerdasan ilmu dan hati dari as Syadzili sudah Nampak dan dirasakan oleh sang guru. Karena rasa cinta dan hormat kepada sang guru,maka as Syadzili mengikuti apa yang sudah diperintahkan kepadanya.
As syadzili memperoleh kehidupan baru yang indah disana, dan beliau bertemu dengan Ulama ahli sufi terkemuka masa itu. Masyarakat juga menyambut kehadirannya dengan hangat.setiap hari banyak orang berkunjung kerumahnya. Bukan hanya ingin berkenalan tentunya, tapi juga menimba ilmu kepadanya. Namun karena suatu alasan, beliau memutuskan untuk pergi berkhalwat di pegunungan Zagwan.
Setelah selesai dari berkhalwat, beliau kembali lagi ditengah masyarakat untuk menyampaikan dakwah dan pelajaran seperti dulu. Masyarakat menyambut dengan sangat antusias, namun terdapat pula golongan dari golongan Ahli Fikih yang menentangnya dengan keras. Beruntunglah, Allah Swt senantiasa menjaga beliau sehingga selamat dari marabahaya.
As Syadzili memutuskan hijrah ke Mesir dan menetap dikota Iskandariah setelah semakin besarnya penentang atas ajaran beliau di Syadziliyah, Ulama yang tak sefaham dengan as Syadzili tak ada hentinya mengusik kehidupan beliau.
Dalam perjalanan ke Mesir, beliau berdialog dan berdiskusi dengan tokoh sufi besar lain, yakni Hasan Ali bin Makluf as Suadzli, Abu Abdullah as Shabuni, Abu Muhammad Abdul Aziz alPaituni, Abu Abdillah al Binai ar Rayyah dan Abu Abdillah al Jahiri. Sesampainya di Mesir, beliau terus dan semangat menyebarkan dakwah islam.
Di negeri inilah, beliau juga mendapatkan banyak pengikut. Meski begitu, kehidupan beliau tak banyak menuliskan kitab-kitab, karena beliau sibuk berdakwah dan memberikan pelajaran yangsangat menyita waktunya. As Syadzili wafat pada tahun 656 Hijriah atau 1258 Masehi. Di kota Iskandariah ini juga lah, jasad beliau di makam kan. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan Rahmat dan MaghfirahNya. Aamiin.
“Jika kau mau selamat dari kekaraman dan kehancuran, ikhlaskan amal hanya kepada Allah dengan syarat ilmu, dan jangan kamu bangga dengan dirimu sedikitpun”.
Abul Hasan as Syadzili RA
Wallahu a’lam

0 comments:
Post a Comment