Search This Blog

Sunday, March 24, 2019

Mutiara Hikmah

Istirahatkan dirimu dari ketentuan Allah atau dari apa saja yang telah diurus oleh Allah . Maka janganlah mencoba/ memaksakan dirimu untuk mencampurinya. Bukan hanya atas takdir Tuhan, tapi juga apa saja yang sudah dilakukan ahlinya, karena engkau hanya akan mengalami sakit hati. Manusia memang selalu berhasrat ingin selalu dituruti kemauannya,namun jika selalu dituruti, malah akan merusak. Sifat sempurna itu hanya milik Allah Swt, hanya saja terkadang Allah Swt membagikan sifat kamal (sempurna) itu kepada manusia yang dikehendaki, jadilah hal tersebut sebagai Karamah. Yang dipilih Tuhan untuk menerima karamah itu hanya manusia, dan manusia juga merupakan mahluk yang paling berani mengoreksi kebijakan Allah Swt, hal itu dilakukan bukan karena kepandaiannya, tapi karena kebodohannya.

Boleh dikatakan manusia itu mahluk yang paling suka ikut-ikutan atas apa yang sudah diputuskan Allah, keputusanNya selalu dikoreksi, jika hal tersebut sesuai keinginannya, maka ia akan bersyukur, namun jika tak sesuai,ia akan mengeluh dan protes. Seperti halnya hujan, yang mampu menciptakan dan dan mendatangkan hujan hanya Tuhan, namun akan ada saja istilah "Hujan kok pas hajatan, hujan kok pas lagi kerja dsb". Hal tersebut karena manusia terlalu lamban  menyadari nikmat Tuhan, setelah ia terpojok dan mentok, barulah ia sadar dan berkata "Memang semua ini sudah ditakdirkan", masalahnya kenapa tidak dari awal berfikir kalau hujan itu sudah ditakdirkan Allah Swt? Hal tersebut menunjukkan betapa lambannya pemhaman  manusia, perhatian Allah kepada manusia, lebih dulu Dia lakukan,daripada manusia itu sendiri.

Nikmat Tuhan sudah begitu lama kite terima, rasakan dan laksanakan, namun ketika Allah Swt mengolah manusia untuk menerima keagungan yang disebut Fadhailul Kamalan, cenderung menimbulkan kesimpulan terbalik, Allah memberikan keagungan dan kesempurnaan, tapi manusia  merasa terhalang dan kehilangan. Seperti saat menunaikan shalat, seakan harus rela meninggalkan moment/ sesuatu yang disukai bahkan berasumsi sendiri bahwa menjalankan amal syariat tak akan terjadi jika tak menghilangkan sesuatu yang kita suka, manusia cenderung berfikir negatif dalam menjalankan syariat, dan hal itu sudah kebiasaan,maksudnya mudah mengasumsikan seperti itu. Hal tersebut berlawanan dengan kenyataan.

Hanya manusia yang diberikan oleh Tuhan berupa sifat KETUHANAN, apa itu? salah satunya sifat ilmu, manusia diharapkan Tuhan untuk mampu menerima sifat kesempurnaan. Karena sifat kesempurnaan itu hanya pantas untuk Tuhan,maka ketika manusia menerimanya, kesempurnaan Tuhan menjadi sesuatu yang  tak sempurna. Misalnya jika ada orang cerdas tapi dia sendirian, maka kecerdasannya tak akan berarti, kesempurnaan pada manusia jadi hal yang sia sia. Sifat Sempurnanya Tuhan memang seperti itu, jika dianugerahkan kepada manusia, manusia takkan mampu menyadarinya, ya memang hanya Tuhan yang Maha Sempurna.






Manusia diciptakan bukan lantas dibiarkan saja, tapi masih ditambah sebuah proses yaitu syari'at. Syariat diprogramkan dalam rangka "Fi sholahil 'Ibadi" atau kesolehan hambaNya. siapa itu hamba? Hamba dikhusukan untuk manusia, selain manusia hanya pelengkap, malaikat unrtuk melayani ,manusia, iblis untuk menjadi pesaing manusia, apalagi hewan dan tumbuhan, hanya untuk kebutuhan manusia. Seluruh yang Tuhan ciptakan di bumi hanya untuk manusia, yang dimanjakan Tuhan seperti itu lagi-lagi hanya manusia, meski begitu tetap saja manusia sering komplain, padahal awalnya bodoh dicerdaskan, miskin di jadikan kaya, dsb. Tetap saja masih bilang "Hidup kok susah", maka Allah Swt memakai istilah Dholimul li nafsi, menganiaya diri sendiri, layaknya anak kecil yang maunya ikut kegiatan apa saja,namun jika dibiarkan tanpa diatur, dia akan merusak dan melukai diri sendiri.

Sebenarnya Tuhan selalu menutupi kesalahan manusia dengan label positif, dan manusia selalu menganggap baik pembenaran diri terhadap kenegatifan yang biasa dilakukannya. Yang sebenarnya Allah Swt sudah memberitahukan akan adanya celah celah kegagalan. Istilah gagal amal, gagal berbuat baik, sebenarnya istilah itu tidak ada, yang ada hanyalah orang yang mau memasuki kegagalan itu sendiri. Jika alasan eksternal  seperti sulit,lupa,sibuk dsb. Hanyalah sangkalan pribadi saja. Misal, sholat itu berat? bandingkan dengan kerjaanmu yang berkeringat? yang menjadikan sesuatu itu berat biasanya manusia suka mentargetkan dan menginginkan sendiri keberatan itu, misal berkata "Pokoknya usia 27 harus sudah menikah, Usia ini harus punya rumah dsb". Padahal hal itu sudah ditakdirkan Allah Swt, yang kita perlukan tinggal berupaya dan berdoa.

Tak ada satu nafas pun dalam hidup,kecuali dalam nafas itu, Allah telah menciptakan nikmat Agung. Rasa bahwa kita dimanjakan oleh Tuhan, cobalah kita aktifkan dalam diri dan berlatihlah memahaminya. Apapun yang dimunculkan oleh Tuhan dalam setiap hal yang kita alami, itu merupakan nikmat Tuhan yang hendaknya segera kita sadari. Nabi Muhammad Saw diutus juga sebagai Rahmat. Jadi suguhan syariat yang selama ini sudah diberitahukan kebaikannya, maka segeralah diserap dan dirasakan nikmatnya, sehingga kita tak hanya bisa mengumpulkan informasinya, tapi sekaligus merasakan nikmatnya juga, amal itu nikmat, amal itu menggembirakan, amal itu bukan sesuatu yang tertunda kesenangannya, tapi amal itu bisa segera dirasakan kesenangannya.

Wallahu a'lam

Monday, March 18, 2019

Biografi singkat Abul Hasan as-Syadzili



Salah seorang sosok yang terkenal wali agung ini, pasti sudah tak asing lagi bagi pembaca sejarah di Indonesia, kepopuleran nama beliau sejajar dengan nama besar lain seperti Al Ghazali atau Al Jailani. Sudah banyak sekali tulisan maupun buku yang memperbincangkan nama As Syadzili. Apalagi beliau merupakan guru dari Syekh Abul Abbas al Mursi yang notabene guru dari pengarang kitab tasawuf yang sangat terkenal, yaitu Syekh Ibnu Atthaillah dengan Al Hikam nya.


Nama as-Syadzili adalah nama popular beliau, yang dinisbahkan pada nama kampong halamannya,Syadziliah ditunisia. Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabar as-Syadzili. Beliau mempunyai jalur keturunan yang masih menyambung ke Rasulullah Saw melalui jalur Sayidah Fatimah Ra dengan Sayidina Ali bin Abi thalib Ra. Beliau juga merupakan pendiri tarekat Syadziliyah, merupakan sebuah tarekat yang sudah tak asing bagi Ahlu Sunah wal Jamaah.




Beliau lahir pada Tahun 593 Hijriah atau 1197 Masehi di kota Ghamarah,Maroko. Pada masa Kecil, as Syadzili memperoleh didikan  dari orangtuanya. Beliau juga berguru pada Ulama di daerahnya, yaitu Muhammad Abu Abdullah bin Harazin, selain itu beliau juga berguru pada Abul Fath al Washity. Atas nasehat guru yang terakhir inilah, as Syadzili pergi ke kota Fez untuk bertemu dengan Abdul Salam bin Mashish, yang dikenal sebagai Ulama sufi terkemuka masa itu, konon kepopuleran beliau di Maroko seimbang dengan Imam Syafi’I dari Mesir. Selain itu,beliau juga dikenal dengan cara hidup yang asketis, berkhalwat di Rif di atas gunung Jabal Alam.


Setelah belajar bersama al Mashish, as-Syadzili  diminta untuk pindah ke Tunisia, daerah Syadziliah. Memanglah kecerdasan ilmu dan hati dari as Syadzili sudah Nampak dan dirasakan oleh sang guru. Karena rasa cinta dan hormat kepada sang guru,maka as Syadzili mengikuti apa yang sudah diperintahkan kepadanya.


As syadzili memperoleh kehidupan baru yang indah disana, dan beliau bertemu dengan Ulama ahli sufi terkemuka masa itu. Masyarakat juga menyambut kehadirannya dengan hangat.setiap hari banyak orang berkunjung kerumahnya. Bukan hanya ingin berkenalan tentunya, tapi juga menimba ilmu kepadanya. Namun karena suatu alasan, beliau memutuskan untuk pergi berkhalwat di pegunungan Zagwan.


Setelah selesai dari berkhalwat, beliau kembali lagi ditengah masyarakat untuk menyampaikan dakwah dan pelajaran seperti dulu. Masyarakat menyambut dengan sangat antusias, namun terdapat pula golongan dari golongan Ahli Fikih yang menentangnya dengan keras. Beruntunglah, Allah Swt senantiasa menjaga beliau sehingga selamat dari marabahaya.


As Syadzili memutuskan hijrah ke Mesir  dan menetap dikota Iskandariah setelah semakin besarnya penentang atas ajaran beliau di Syadziliyah, Ulama yang tak sefaham dengan as Syadzili tak ada hentinya mengusik kehidupan beliau.


Dalam perjalanan ke Mesir, beliau berdialog dan berdiskusi dengan tokoh sufi besar lain, yakni Hasan Ali bin Makluf as Suadzli, Abu Abdullah as Shabuni, Abu Muhammad Abdul  Aziz alPaituni, Abu Abdillah al Binai ar Rayyah dan Abu Abdillah al Jahiri. Sesampainya di Mesir, beliau terus dan semangat menyebarkan dakwah islam.


Di negeri inilah, beliau juga mendapatkan banyak pengikut. Meski begitu, kehidupan beliau tak banyak menuliskan kitab-kitab, karena beliau  sibuk berdakwah dan memberikan pelajaran yangsangat menyita waktunya. As Syadzili wafat pada tahun 656 Hijriah atau 1258 Masehi. Di kota Iskandariah ini juga lah, jasad beliau di makam kan. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan Rahmat dan MaghfirahNya. Aamiin.






“Jika kau mau selamat dari kekaraman dan kehancuran, ikhlaskan amal hanya kepada Allah dengan syarat ilmu, dan jangan kamu bangga dengan dirimu sedikitpun”.


Abul Hasan as Syadzili RA



Wallahu a’lam

Sunday, March 17, 2019

Biografi singkat Ibnu Atthaillah al-Iskandari


Bila kita membaca sejarah islam, kita akan mendapati fakta bahwa negeri Mesir  seakan tak pernah kehabisan stok orang alim. Di negeri inilah lahir ribuan orang alim. Salah satu yang terkemuka ialah Ibnu Athaillah al-Iskandari. Nama lengkap beliau ialah Tajuddin Abul Fadhl Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Athaillah al-Judzami al Maliki al Iskandari. Beliau lahirpada 648 Hijriah atau 1250 Masehi di Iskandariah, Mesir. Yang populer dengan nama Ibnu Athaillah.
                   
Ibnu Athaillah terlahir dari keluarga yang sangat fanatic dan kuat dalam beragama. Kakek beliau yang bernama Abdul Karim bin Athaillah merupakan pendiri salah satu dari tiga Dinasti Malikiah di Iskandariah. Dua dinasti yang lainnya ialah Dinasti Bani Auf dan Dinasti Bani Sanad. Dari sini sudah jelas kiranya Madzab Maliki sudah diwarisi oleh Ibnu Athaillah dari garis keluarganya.

Pendidikan awal Ibnu Athaillah diperoleh dari orang tuanya sendiri yang merupakan Ulama terkemuka pada masa itu. Namun karena kecintaannya terhadap ilmu agama sangatlah besar, beliau juga berguru kepada para Ulama lain di Iskandariah. Pada masa itu, fokus keilmuannya adalah tafsir,hadis,fikih,tauhid dan sastra arab. Beliau terkenal sangat fanatic dengan ilmu fikih, sehingga menolak keras ajaran tasawuf. Setelah menamatkan pendidikannya, beliau dikenal cerdas dan mulai mengajar di daerahnya. Saat itu beliau masih relatif muda dan keilmuannya masih diragukan.



Saat itu, beliau berjumpa dengan seorang sufi besar, yakni Syekh Abul Abbas al-Mursi, murid dari Syeikh Abi Hasan as-Syadzili, yang kemudian menjadi guru besarnya dalam mendalami ilmu tasawuf. Seperti yang tertulis pada syarah kitab Al-hikam, mulanya Ibnu Athahillah sangat anti dengan ilmu tasawuf, beliau penasaran dengan dunia sufi, lalu beliau mengikuti pengajiannya Syeikh Abul Abbas al-Mursi, disana juga beliau mulai memahami hakikat ilmu tasawuf,ketika moment dimana saat Syeikh Abul Abbas menjelaskan sejatinya ilmu tasawuf itu sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu syariat dalam artian ilmu fikih. Syeikh Abul bbas menjelaskan bahwa yng membedakan hanya gaya bahasa saja, dalam islam ada Syariat,Thariqat dan Ma’rifat, bisa juga disebut Iman,Islam dan Ihsan atau fikih, adab dan sir, dan seterusnya dengan kosa kata yang berbeda namun bermakna sama, dan konon bahasa yang dipakai Syeikh Abul Abbas sampai membuat Ibnu Athaillah tak mengerti kosa kata yang dipakai Syeikh Abul Abbas untuk mengutarakan berbagai jenis kosa kata yang mempunyi arti sama dengan Iman,Islam dan Ihsan.

Dalam pengajian tersebut, Ibnu Athaillah mulai berfikir bahwa ilmu taswuf itu tidak mengabaikan syariat sebagaimana yang beliau fahami sebelumnya. Bisa dikatakan, berkat Syeikh Abul Abbas al Mursi inilah Ibnu Athaillah mulai mendalami ilmu tasawuf dan bahkan beliau bergabung dengan thariqat Syadziliyah. Untuk memperdalam ilmu tasawuf, beliau juga berguru kepada ulama sufi lain, seperti Nasruddin al-Munir, Syarafudin ad-Dimyati, al-Muhyi al-Mazani dan syamsuddin al-Asfahani.

Semasa hidup , Ibnu Athaillah menulis lebih dari 20 buku, meliputi ilmu bidang tasawuf,hadis, tafsir, fikih, nahwu dan akidah. Diantara karya beliau dalah Al-Hikam, at-Tnwir fi Isqat at- Tadbir, Tajul Arus al Hawi Litahzibin Nufus  dan lain sebagainya. Dari berbagai karya beliau yang paling popular ialah Al-Hikam, kitab ini bisa dikatakan Magnum Opus dari Ibnu Athaillah, sehingga beliau dikenal diseluruh dunia.

Al-hikam sangat digemari sejumlah kalangan yang memperhatikan masalah kerohanian. Bisa dikatakan kalau Al Hikam  merupakan sari dari pengetahuan ilmu tasawuf. Kitab ini memuat 42 buah kalimat yang mengandung hikmah sufi, tapi bermakna dalam dan luas. Karena itu wajarlah jika kitab ini banyak sekali dikaji, di syarah, dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia. Diantara nama pensyarah yang terkenal ialah Syeikh Ahmad Zarruq, Ahmad bin Ajiba dan Mbah Sholeh Darat, nama terakhir ialah Ulama dari Jawa Tengah, Indonesia.

Karena keluasan ilmu, hati dan fikirannya, Ibnu Athaillah sempat menjadi guru besar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Inilah sedikit biografi Ibnu Athaillah al Iskandari, beliau wafat pda tanggal 16 Jumadil Akhir tahun 709 Hijriah atau 21 November 1309 Masehi, saat masih mengabdikan dirinya di Al Azhar. Hal ini membuktikan bahwa dedikasi beliau sangat tinggi dalam dunia pendidikan agama islam. Usia beliau saat itu menginjak 60 tahun, dan jenazahnya disemayamkan di Qarafah, Iskandariah. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan Rahmat dan MaghfirahNya kepada Ibnu Athaillah.


“Istirahatkanlah dirimu dari kesibukan mengurusi duniawi. Tidaklah perlu bagimu ikut campur atas urusan yang telah diatur oleh Allah.”


Ibnu athaillah RA



Wallahu a’lam

Biografi singkat Abu Bakar as-Syibli



Abu bakar As-Syibli adalah seorang tokoh sufi legendaris. Beliau dikenal sebagai tokoh sufi terkemuka di zamannya, juga dikenal sebagai ulama yang sangat alim. Perjalanan hidupnya juga sangat unik, konon karena ingin menempuh jalan kesufian, beliau rela meninggalkan jabatan tingginya di pemerintahan serta meninggalkan semua kemewahan dan kekayaan,tak pelak beliau menjadi salah seorang teladan terbaik bagi pelaku tasawuf di dunia.

As-Syibli bernama asli Abu Bakar Dulaf bin Jahdar As-Syibli, beliau juga dipanggil Ibnu Jafar. Lahir di Bagdad pada 247 Hijriah atau tahun 862 masehi. Beliau berasal dari keluarga bangsawan yang sangat dihormati oleh masyarakat luas, beliau dipanggil As-Syibli karena dibesarkan di Syiblah,daerah Khurasan sekarang.

Beliau satu masa dengan Al-Junaid dan Al-Hallaj, bersama keduanya, beliau mempunyai pengalaman yang aneh-aneh. Dalam kitab At-Thababaqat, As-Sulami berkata tentangnya “Dilihat dari segi kondisi spiritual dan dan keilmuan paa masa itu, beliau addalah orang yang tak ada tandingannya” , maka wajar bila As-Syibli dikategorikan sebagai salah satu sufi terkemuka di dunia.



Perlu diketahui, kehidupan As Syibli amatlah berwarna. Terlahir ditengah keluarga bangsawan, beliau memperoleh pendidikan secara baik sejak usia belia, awalnya beliau belajar fikih madzab Maliki dan hadis dari ulama terkemuka di Bagdad. Selama 12 tahun beliau menghabiskan waktu belajar saja,sudah pastibeliau menjadi fakih (ahli fikih) danahli hadist yang hebat, apalagi beliau punya bakat kejeniusan dari lahir.

Selepas masa belajar, karena dorongan dari keluarga, As-Syibli memutuskan untuk terjun ke panggung politik di Bagdad. Berkat kejeniusan dan kealimannya, beliau tak perlu waktu lama untuk meraih karir yang cemerlang. Selama bertahun-tahun beliau menduduki beberapa jabatan penting di pemerintahan. Puncaknya, beliau terpilih sebagai pemimpin provinsi pada masa itu. Saat karirnya di puncak, As-Syibli justru meletakkannya begitu saja, semua bermula saat beliau tidak merasakan kebahagiaan sejati. Mengenai hal ini, konon dulu As-Syibli bersama pejabat baru yang lain, dilantik secara resmi oleh khalifah (Raja masa itu). Diberikanlah seperangkat jubbah, saat perjalanan pulang, salah seorang pejabat baru itu bersin dan mengusapkan jubah baru itu ke hidung dan mulutnya. Perbuatan pejabat itu dilaporkan kepada khalifah oleh orang yang melihat dan khalifah memecat kemudian menghukumnya sekaligus.

Peritiwa itu melatarbelakangi As-syibli untuk hengkang dari panggung politik. Beliau mengajukan permohonan berhenti kepada khalifah. Dihadapan khalifah beliau berkata “Wahai khalifah, engkau sebagai manusia  tidak suka apabila jubah jabatan diberlakukan secara tidak wajar dan semua orang mengetahui betapa tingginya  nilai jubah itu. Maha Raja alam semesta telah memberikan jubah Jabatan kepadaku,disamping cinta dan pengetahuan. Bagaimana Dia akan suka kepadaku apabila aku menggunakannya sebagai sapu tangan dalam pengabdian kepada manusia?”.

Menekuni dunia tasawuf bukanlah perkara mudah bagi As-Syibli, apalagi sejak kecil beliau hidupdalam kemewahan, oleh sebab itubeliau memutuskan untuk mencari sosok sosok manusia yang mampu membimbingnya. Awalnya beliau bergabung dengan kelompok Khair an-Nasaj, namun tak lama, beliau diminta gurunya untuk bergabung dengan kelompok Al  Junaid al Bagdadi, dengan al-Junaid lah, As-Syibli belajar tasawuf secara intensif.

As-Syibli memperlihatkan tekad dan keinginannya belajar sufi kepada gurunya yaitu Al Junaid, untuk itu beliau rela hidup sebagai gelandangan dan mengemis dijalanan. Selama setahun mengemis, seluruh hasilnya diberikan kepada Al Junaid dan sebagian lain dibagikan kepada fakir miskin. Konon,al Junaid memerintahkan As-Syibli untuk mengemis karena ingin menghilangkan  benih keangkuhan dalam hatinya. Di bawah bimbingan Al Junaid, As-Syibli menjadi sufi yang amat zuhud dan warak. Tidak ada lagi ketamakan dan kecintaan terhadap harta benda, sebab semua cinta baginya hanya untuk Allah Swt dan seluruh waktunya dihabiskan untuk beribadah kepadaNya.

Itulah sekilas kisah kehidupan sufi nan agung As-Syibli, menyimak rekam jejak dan dan kisah hidupnya, tidak bisa dipungkiri bahwa beliau adalah manusia yang alim dan “Nyentrik” sangat melekat pada dirinya. Beliau wafat pada tahun 334 hijriah atau 946 masehi. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan Rahmat dan maghfirahNya. Aamin

“Wahai Tuhan yang Maha Mulia, cintaMu bersemanyam diantara jiwa. Wahai yang Membangunkan tidur dari pejaman matanya, Engkau mengetahui kemana hamba berjalan.”


Abu Bakar As-Syibli RA

Wallahu a’lam

Saturday, March 16, 2019

Biografi singkat Junaid al Bagdadi


Di kalangan ahli sunah wa jama’ah, nama Junaid al Bagdadi dikenal sebagai salah satu figure sufi kharismatik. Nama lengkap beliau adalah Abu al Qasim al Junaid bin Muhammad  al Khazza al Qawariri al Bagdadi. Beliau lahir di kota Bagdad, Irak. Namun tak diketahui  tanggal dan tahun kelahirannya. Yang diketahui hanya tahun wafatnya, sekitar tahun 298 Hijriah atau 911 Masehi di Bagdad.

Tak banyak yang bisa digali dari kehidupan al Junaidi saat masa kecilnya. Mungkin karena urusan perdaganganlah, keluarga al Junaidi sering berpindah pindah tempat tinggal. Informasi yang kiranya dapat diceritakan adalah ihwal ayahnya yang sudah meninggal saat beliau masih usia kanak-kanak. Beliau lantas diasuh oleh pamannya yakni Sari as Saqati. Sang paman adalah sufi besar yang berprofesi sebagai saudagar bumbu. Dibawah bimbingan sang paman dan sufi lain, yaitu al Muhasibi, al Junaidi tumbuh menjadi pemuda yang cemerlang, khususnya ilmu pengetahuan bidang agama.

Prestasi al Junaidi sesungguhnya tak bisa lepas dari pengaruh dan peran  as Saqati, orang yang pertama kali mengarahkan al Junaidi agar berfokus mendalami ilmu fikih dan hadis dibawah bimbingan ulama ahli fikih masa itu, yakni Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid al Kalabi al Bagdadi. beliau juga berguru pada Ibnu Syuraij yang bermadzab Syafi’i.

Setelah menguasai ilmu bidang fikih dan hadis, Al Junaid mengalihkan perhatiannya umtuk mendalami ilmu Tasawuf. Hal ini dapat difahami karena pengaruh dari sang paman sangatlah besar dalam diri Al Junaid. As saqati bukan sekedar memberi pengaruh saja, tapi juga membimbing Al Junaid mendalami ilmu tasawuf sejak masih kecil.



Al junaid bercerita bahwa sewaktu ia berusia 7 tahun dan sedang bermain, As Saqati  membicarakan tentang syukur,lalu pamannya itu bertanya pada al Junaid, “Anakku, apa itu syukur?” Al junaid menjawab  syukur adalah bahwa seseorang tidak melakukan maksiat kepada Tuhan dengan menggunakan nikmat yang uhan berikan kepadanya. As Saqati lantas berkata”Nikmat Tuhan  yang diberikan kepada engkau itu termasuk juga lidahmu “. “Mataku senantiasa berlinang air mata apabila aku teringat dengan apa yang telah diucapkan Sari as Saqati tersebut “.

Sama seperti para sufi lainnya, Al Junaid juga menempa dirinya dengan ibadah yang sangat ketat. Konon, dalam seharise malam, al Junaid mampu melaksanakan shalat sebanyak 400 raka’at. Jumlah raka’at yang tentunya tak biasa dilakukan oleh orang sembarangan . selain ibadah secara insentif, beliau juga menyempatkan diri memperdalam ilmu agama dan bekerja sebagai pedagang. Selain sebagai sufi besar yang dikerumuni banyak orang untuk mencari ilmu. Apabila habis memberikan pelajaran, beliau pergi  ke pasar membuka tokonya.

Demikianlah sedikit kisah hidup dari Junaid al Bagdadi. Sungguh, dapat disimpulkan bahwa beliau adalah sosok sufi yang agung, yang mempunyai keistimewaan di sisi Allah Swt. Banyak pelajaran berharga , diantaranya ialah keistiqamahan beribadah kepada Allah Swt disamping kesibukan untuk berikhtiyar dalam aktivitas padat kehidupan. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan Rahmat dan Maghfirah kepada beliau dan kita juga diberikan semangat keistiqamahan dalam beribadah juga melaksanakan aktivitas kehidupan. Aamiin.


“Jangan mempercayai hawa nafsumu,meskipun telah lama taat kepadamu untuk beribadah kepada Tuhanmu”

Junaid al Bagdadi

Wallahu a’lam

Wednesday, March 13, 2019

Biografi singkat Ma'ruf Al-Harkhi


Nama Ma’ruf Al-Harkhi mungkin masih asing ditelinga para pembaca di Indonesia. Apalagi penulis sejarah di Indonesia tidak banyak memperbincangkannya. Namun beliau cukup populer di Irak. Nama lengkapnya ialah Ma’ruf bin al-Faizan Abu Mahfudzh al-Abid al-Bagdadi al-Harkhi, lebih dikenal dengn nama Al-Harkhi yang dinisbahkan dengan nama daerah asal kelahirannya. Tidak jelas kapan beliau dilahirkan, yang jelas beliau dibesarkan di Bagdad dan memperoleh pendidikan secara baik di kota ini dan diperkirakan hidup dizaman tabi’in atau sekitar abad ke 2 Hijriah.

Pada masa awal pendidikan, Al-Harkhi memfokuskan diri  untuk belajar fikih kepada ulama-ulama ahli fikih terkemuka di Bagdad. Namun setelah sekian tahun menuntut ilmu  fikih, beliau mulai tertarik untuk mempelajari ilmu tasawuf kepada ahli sufi terkemuka pada masanya. Tak heran jika beliau lantas menjadi  pakar ilmu di bidang fikih dan tasawuf. Kedua ilmu ini beliau pelajari secara serius , sehingga beliau tak menjadi fanatic pada satu bidang keilmuan saja.

Al-Harkhi memilih hidup sebagai seorang  zahid sebagaimana banyak ditempuh oleh para ahli sufi. Beliau bergaul dengan banyak ahli sufi dan melakukan sejumlah perjalanan untuk menuntut ilmu agama. Di masa mudanya,konon beliau sering mengembara melewati padang pasir yg luas, kemudian memilih untuk menyendiri di pegunungan. Dengan berbagai usaha yg beliau lakukan, beliupun menjadi salah seorang ulama yang terkenal di Bagdad yang pada masa itu menjadi pusat ilmu dan peradaban bagi umat islam.



Saking terkenalnya, Al-Harkhi banyak dikunjungi oleh orang yang ingin berguru kepadanya. Konon banyak diantara mereka yang memperoleh mimpi  yang aneh. Dalam mimpinya masing-masing, mereka diperintah oleh seseorang untuk mengunjungi Al-Harkhi lantaran kealiman dan kezuhudannya. Bahkan ada yangmengatakan bahwa Al-Harkhi tidak hanya terkenal di bumi, namun juga terkenal di langit. Pernyataan ini mengidentifikasikan bahwa Al-Harkhi merupakan manusia yang suci dan istimewa.

Sebagai ulama yang dikenal diantara mahluk bumi dan langit, tentu saja Al-Harkhi mempunyai banyak kelebihan yang tidak dimiliki orang biasa. Beliau dikenal sebagai pribadi yang istiqomah dalam beribadah kepada Allah Swt. Bisa dikatakan, beliau telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk beribadah kepada-Nya. Tiada waktu yg sia-sia, beliau selalu menghiasi hari harinya dengan shalat,dzikir, mujahadah dan kebaikan lainnya.

Maka, sangatlah wajar bila doa beliau sangat mustajabah, konon setiap doa yang beliau munajatkan selalu di ijabah oleh Allah Swt. Al kisah, pada suatu hari, ada seorang laki-laki yang berkunjung ke rumah Al-Harkhi. Kepada beliau, laki-laki itu melaporkan bahwa  anaknya telah pergi ke sebuah kota, karena tak ada kabar tentang keadaanya, sehingga membuat istrinya sangat sedih. Kepada laki-laki itu,Al-Harkhi mempertanyakan hal apa yang dapat beliau lakukan untuk membantu. Laki-laki itu meminta agar Al-Harkhi berdoa kepada Allah Swt agar sang anak segera pulang. Setelah di doakan oleh Al-Harkhi, lantas laki-laki itu pulang, dan dalam perjalanan pulangnya, ia bertemu dengan anaknya.

Demikian perjalanan hidup dari sufi Agung, Ma’ruf Al-Harkhi. Sungguh beliau adalah seorang ulama yang zuhud, fakih yang jenius dan sangat alim. Beliau wafat pada 201 Hijriah di Bagdad dan jenazahnya di makamkan disana. Konon,makam beliau dikenal sebagai tiriyaq (penawar), karena karomah beliau, banyak sekali orang yang sembuh dari sakitnya saat berziarah kesana, tak heran jika makam beliau ramai dikunjungi para peziarah disana. Semoga Allah Swt membalas semua kebaikan beliau dengan pahala yang agung.

“Mengharap pahala tanpa amal perbuatan itu dosa, mengharap syafa’at tanpa sebab itu tertipu, dan mengharap Rahmat dari siapa yang tidak engkau taati perintahnya berarti bodoh”

Ma’ruf Al-Harkhi

Wallahu a’lam

Sunday, March 10, 2019

Biografi singkat Surahwardi

Dalam buku buku sejarah islam, nama Surahwardi bukanlah nama yang asing, beliau dikenal sebagai figur yang kharismatik, seorang ulama',  sufi, filsuf dan penulis yang terkemuka yang sangat populer dibanyak negara islam.  Ketokohannya disejajarkan dengan nama nama hebat seperti Al Ghazali, Al Junaid,  Al jailani, Al Basri dan lain sebagainya. Beliau termasuk tokoh sufi garda depan yang meninggalkan banyak ilmu dan kenangan di benak umat islam pada masanya,  belum lagi cap kontroversial yang melekat padanya.

Surahwardi adalah nama terkenalnya, nama aslinya adalah Syihabudin bin Habassy bin Amirak bin Abu al Futuh as Surahwardi.  Beliau dilahirkan pada 549 Hijriah atau 1156 Masehi di Surahwardi, sebuah desa kecil dibagian barat Persia.  Nama Surahwardi dinisbahkan pada nama desa kelahirannya, sedangkan gelarnya adalah al Maqtul.

Pada mulanya, Surahwardi menyelesaikan pendidikan formalnya di Zanjan, disinilah beliau mulai belajar tentang ilmu agama.  Beliau lantas belajar filsafat dan teologi di Marghah dari Maddudin al Jilli,  yg juga guru Fahruddin ar Razi.  Kemudian beliau pergi ke Ishafan untuk belajar pada Fakhruddin al Mardini. Beliau tinggal beberapa tahun di bagian barat daya Antolia, mengabdi pada para penguasa dan Pangeran Saljuk, sebelum berpindah ke Allepo pada tahun 1183.




Di Allepo, Surahwardi dekat dengan sultan al Malik az Zahir (putra dari Salahudin al Ayubi). Di kota ini pula beliau mulai mengajar,  karena dituduh oleh otoritas eksoterik keagamaan sebagai penyimpang agama, disamping juga mungkin karena persaingan politik, beliau dieksekusi mati pada tahun 587 Hijriah atau 1191 Masehi di usia 38 tahun dalam kalender islam, karena cara kematiannya inilah, beliaupun terkenal dengan sebutan al Maqtul (yg terbunuh) atau as syahid (sang martir).

Kematian Surahwardi yangg sangat tragis itu sebenarnya sangat disayangkan.  Pasalnya, siapapun tahu bahwa beliau bukanlah orang sembarangan, melainkan seorang Ulama dan sufi besar. Dalam hidupnya yang singkat, beliau berhasil menuliskan banyak karya. Diantaranya adalah Talwihat, Al Muqawamat, Al Masyari' al Mutharahat,  Hikmah al isyraq dan lain sebagainya,  isi dari semua kitab Surahwardi berupa ajaran, uraian, dan simbol yang diolah atas dasar sinkretis.  Semua hikmah sufi termasuk ajaran Abu Yazid al Bustomi dan Al Hallaj,  warisan diramu dalam khazanah baru yg diberinama Al Isyraq.

Itulah sekelumit gambaran hidup Surahwardi.  Meski kehidupannya hanya sebentar,  tidak dipungkiri bahwa kiprah dan pengaruhnya dalam sejarah islam sangat luar biasa,  Ulama sekaligus Ahli Sufi hebat yg harus wafat di usia yang cukup muda, semoga Allah Swt senantiasa memberikan Rahmat dan MaghfirahNya di alam kubur untuk beliau.

"Jika kata keluar dari hati, ia akan masuk ke dalam hati. Tetapi, jika ia datang dari lidah, ia pun tak akan melewati telinga"

SURAHWARDI RA

Wallahu a'lam

Template by:
Free Blog Templates